Jadi, apa yang kamu dapat selama Exchange?
Halo guys! Ngga kerasa bahwa 4 bulan terakhir ini berjalan sangat cepat. Aku inget banget gimana rasanya pertama kali
menginjakkan kaki di Negeri Ginseng ini (FYI, rasanya sama aja kayak
menginjakkan kaki di Indonesia kok.. ngga
ada bedanya) dan sekarang sudah saatnya untuk #kemBALI ke tanah air lagi.
Oh dan fun fact, I wrote this post inside the airplane.
Jadi,
kembali kepada pertanyaan awal, apa sih yang aku dapat selama exchange di Korea Selatan selama kurang
lebih 4 bulan terakhir? Well.. banyak
banget sih! Dan aku sendiri ngga tau
harus mulai dari mana, but I’ll try.
Kembali
kepada tujuan pertamaku ikut Student
Exchange. Mendapatkan ilmu yang baru bukanlah tujuan utamaku. Karena kalau
mengejar ilmu, aku pasti bakal ke China, karena kan ‘Kejarlah Ilmu Sampai
Negeri Cina;. (oke, jayus). Tujuanku ikut program ini simpel. Its been my dream since my childhood to
experience living in other country besides Indonesia. Dan aku selalulah
orang yang realistis, aku sadar aku terlalu bodoh malas untuk kuliah di
luar negeri. Lalu, akupun bukan orang yang sangat kompetitif untuk bekerja di
luar negeri. Sehingga, pada saat mendengar adanya peluang untuk tinggal di luar
negeri selama 4 bulan, tentu saja langsung kuambil kesempatan tersebut.
Lalu, apa
hubungannya dengan pertanyaan di atas, bodoh?
Tidak
berfokus kepada belajar banyak memberikanku waktu luang untuk mengamati Korea.
Mulai dari bagaimana majunya kota-kota mereka, seberapa canggih dan
terintegrasi angkutan umum mereka, dan bagaimana perilaku orang-orang Korea. Walaupun
sangat kalah (memang, harus diakui) dari Korea Selatan di bidang teknologi dan Public Services, ada satu hal yang
berani kuakui. Orang Indonesia memang sangat ramah dan sangat sopan dibandingkan
orang di sini. Beberapa kali aku mengalami orang menyenggolku di jalan, dan
tidak ada kata ‘permisi’ atau ‘maaf’. Sangatlah bertentangan dengan apa yang
kita pelajari sedari kecil untuk berkata ‘permisi’ atau ‘maaf’. Memang sepele,
hanya saja hal ini cukup menganggu.
Selain itu,
Korea Selatan adalah negara yang benar-benar mementingkan umur dibandingkan
kedudukan. Orang tua di Korea sangatlah dihormati. Mungkin karena itu, beberapa
kali juga aku menemukan orang tua Korea yang cukup menyebalkan. Pernah satu
saat, aku dan beberapa orang teman sedang berlatih menari untuk sebuah
penampilan. Kami sudah meminta izin kepada seorang staff kampus, namun sepertinya ada miskomunikasi. Seorang satpam
yang cukup tua tiba-tiba membentak kami, dan berkata kasar kepada kami.
Walaupun akhirnya masalahnya selesai, tetapi tetap saja kejengkelan tetap ada
di otakku. Yah, walaupun tidak semuanya seperti itu. Akupun menemukan beberapa
orang tua yang baik. Salah satunya adalah ahjussi
yang menjaga areal dorm-ku. Ia sangatlah murah senyum, dan selalu mengajak aku
berbicara walaupun tidak pernah mengerti apa yang ia bicarakan (haha). Dan yang
paling penting adalah, setiap aku meninggalkan kunci dorm ku di kamar (iya aku
tau, SERING), ia tidak pernah marah atau jengkel, dan ia langsung membukakan
pintu kamarku.
"Ahjussi.. Kadeukajigo Naonungol Ijoboryosso.. (Ahjussi.. kartu saya ketinggalan) |
Hal
berikutnya yang aku dapatkan selama berada di Korea Selatan adalah perubahan
yang terjadi dalam diriku.
Loh?! Anu
Oplas di Korea?! Wahh Oppaaa~
Bukan..
tetapi perubahan yang terjadi di dalam diriku. Mengambil keputusan untuk exchange benar-benar keputusan yang
memaksaku untuk keluar dari zona nyamanku. Kenapa? Satu, berada di negara yang
sangat jauh dengan keluarga dan teman-teman. Kedua, karena molornya tahun
kelulusanku sehingga aku harus lulus 1 tahun dibelakang teman-teman
seangkatanku. Karena hal tersebut, aku benar-benar tidak ingin menyia-nyiakan
waktu dan kesempatan yang ada selama ada di Korea Selatan. Akhirnya, aku
melakukan satu hal yang cukup menyeramkan untukku. Memberanikan diri untuk
berjalan-jalan sendiri. Walaupun akhirnya hanya kulakukan tiga-empat kali
sepanjang 4 bulan, tapi tetap saja membuatku ‘bangga’ (aku tahu, standar
‘bangga’ku cukup cupu kan?)
Perubahan
yang terjadi dalam diriku selanjutnya adalah untuk lebih berani bertemu dengan
orang baru. Mungkin kalau kalian ingat, aku pernah mention di blog ini kalau roommate
ku berasal dari Mexico. Sebenarnya, awalnya aku mendapatkan roommate sesama orang Indonesia, tetapi
entah kenapa tiba-tiba aku mendapatkan roommate
orang asing. Awalnya, cukup sedih dan menyusahkan tinggal bersama orang yang
baru. Sudah orang yang baru kenal, orang asing pula! Minggu-minggu awal tinggal
bersamanya cukup berat. Namun pada akhirnya? We’re brothers from different mothers! Aku menjadi lebih berani
bercerita masalahku padanya, dan have fun
bersama! I’m really grateful to be
roommate with him.
We're recreating our first photo together.. The first photo can be seen on earlier blog posts hehe |
Untuk
menutup postingan ini (dan blog ini), aku ingin menutup dengan sebuah quotes dari teman sekelasku. Ia berasal
dari Vietnam (tidak ada hubungannya, but
just let me brag about it). She said
“We go to come back home”. Kita pergi untuk kembali pulang. Memang
sangatlah pendek, namun sangatlah bermakna. Tapi untuk kasusku ini, bukan hanya
untuk kembali pulang. “We go to come back
home, and appreciate what we had”. Kita pergi, untuk pulang dan
mengapresiasi apa yang kita miliki sebelumnya.
*dan dengan
ini, blog ini resmi ditutup*
Comments
Post a Comment